Selasa, 19 Februari 2013

Pengusaha muslim pewaris Nabi (III)

Dalam perjalanan menuju ke kantor, sang pengusaha teringat kembali masa-masa dimana mulai merintis usahanya yang merupakan buah dari "kecelakaan". Bermula dari ketika Alloh mencabut nikmat pekerjaan yang sudah mapan. Kenapa sampai dicabut? pada awalnya sang pengusaha ini tenggelam dalam kesedihan dan penyesalan, bagaimana tidak? karir pekerjaan yang sudah sangat mapan, karena tergiur oleh peluang pekerjaan di tempat lain yang menawarkan gaji lebih besar, dia meninggalkan pekerjaan pertamanya. Sang pengusaha ini kufur nikmat. Kemudian Alloh meng-adzab-nya, skenario pun dijalankan sedemikian rupa, dan Alloh adalah sebaik-baik pembuat skenario yang maha sempurna. Singkat kata, sudah keluar dari pekerjaan yang lama, ternyata karena suatu sebab tidak juga diterima di pekerjaan yang baru, jadilah akhirnya dia menganggur. Kesedihan dan penyesalan menemaninya setiap hari, hingga pada suatu ketika Alloh menyentuh hatinya. Dia mulai menyadari, jangan-jangan ini adalah adzab dari-Nya karena dosa-dosaku, tapi dosa yang mana?
Keesokan paginya, setelah mengantar anaknya ke sekolah, dia mampir ke masjid. Entah kenapa tiba-tiba ada dorongan kuat di hatinya untuk mampir ke masjid di dekat sekolah anaknya. Kemudian Alloh "menuntunnya" untuk melakukan sholat tobat. Subhanalloh….perlahan-lahan dia seolah-olah di ingatkan kembali oleh Alloh perihal dosa-dosa yang telah dilakukannya…tak terasa air mata mulai menetes di sela matanya, hingga di sujud rokaat terakhir, tak terbendung sudah tangisnya, dia menangis sejadi-jadinya menyesali dosa-dosanya. Dosa melalaikan sholat. Ketika masih jaya-jayanya sebagai karyawan di perusahaan lamanya, sebagai salah seorang karyawan yang karirnya tengah menanjak, bahkan banyak yang memprediksi dia tidak lama lagi akan menempati posisi jabatan penting di perusahaannya, dia sudah mulai berani melalaikan sholat. Mula-mula sholat fardhu nya sendirian tidak pernah berjamaah, kemudian mulai tidak tepat waktu, seringkali diakhir waktu, kemudian makin parah lewat waktu dzuhur hingga ashar karena alasan meeting, bahkan pernah 1 hari 5 waktunya lewat begitu saja dan tidak ada rasa sesal sama sekali, baginya waktu itu adalah hal yang biasa dan urusan pekerjaan itu jauh lebih penting dari sholatnya….inilah awal mula bencananya….
Selesai sholat tobat, dia berdoa, mohon ampun kepada Alloh, dzikir istighfar dia ucapkan sebanyak-banyaknya karena dia khawatir dosa-dosanya yang teramat besar tidak akan diampuni oleh-Nya. Padahal, ampunan Alloh itu lebih besar dari dosa-dosanya. Meskipun dosa yang dilakukannya sebesar gunung, ampunan Alloh itu sebesar Bumi. Meskipun dosa yang dilakukannya sebesar Bumi, ampunan Alloh itu sebesar Matahari. Dia tidak tahu, bahwa ketika Alloh sudah menyentuh hatinya dan dia mulai tersadar hingga kemudian Alloh menuntunnya untuk datang kembali kepada-Nya di istana-Nya, sesungguhnya ampunan Alloh itu sudah datang untuknya.
Mulailah sang pengusaha ini memperbaiki hidupnya. Hal pertama yang dia benahi adalah sholatnya. Sholat berjamaah di masjid selalu dia usahakan agar tidak ketinggalan, kemudian sholat sunnah rowatib mulai dijalankan dan diistiqomahkan. Sholat dhuha, tahajud, sudah tidak pernah ketinggalan lagi. Semakin meningkat ibadahnya setiap hari, baca Al qur'an, puasa sunnah, bahkan dia langsung menjalankan puasa sunnah daud, puasa sunnah paling utama disisi Alloh. Seiring dengan mulai meningkat kualitas ibadahnya, perasaan tenang dan damai mulai dia rasakan, selama ini dia tidak pernah merasakannya. Kemudian Alloh mulai memberikan pertolongan dan jalan keluarnya. Lagi-lagi melalui skenario-Nya yang maha sempurna, Alloh pertemukan dia dengan seseorang teman lamanya yang sudah 10 tahun lebih tidak pernah bertemu dengannya. Pertemuan itu terjadi setelah sholat jum'at. Perbincangan pun berlanjut di rumah sang pengusaha ini. Teman lamanya ini mengajak untuk berbisnis. Pada awalnya sang pengusaha ini ragu-ragu, sebab dia tidak punya pengalaman sama sekali mendirikan usaha. Namun temannya ini meyakinkan dia, salah satu yang akhirnya membuat dia menerima tawaran temannya ini adalah, bahwa tujuan temannya mengajak untuk berbisnis adalah untuk menyelamatkan akidah sodara-sodara muslim yang karena tuntutan pekerjaan terpaksa mengorbankan akidah mereka, seperti para wanita muslimah melepas jilbabnya, para pria muslim sampai harus tidak melaksanakan sholat jum'at karena tuntutan tugas.
Tidak ingin orang lain mengalami hal yang sama seperti dirinya dimasa lalu, dengan mantap hati dan semangat penuh keyakinan, sang pengusaha ini memulai usahanya bersama dengan temannya ini. Diawal-awal dalam merintis usaha, temannya lah yang paling banyak berperan, sementara dia mengikuti dan mempelajari apa yang dilakukan oleh temannya ini. Perlahan, usaha yang dirintisnya mulai menampakkan hasil. Dia akui memang temannya ini piawai sekali menangkap peluang dan merubahnya menjadi keuntungan. Jumlah karyawan yang bekerja kepada mereka pun semakin bertambah seiring dengan berkembangnya usaha mereka. Disaat sedang enak-enaknya menikmati hasil jerih payah mereka, Alloh memberikan ujian-Nya. Alloh lebih menyayangi temannya ini sehingga dipanggillah temannya ini ketika sedang melaksanakan ibadah Haji. Di satu sisi sang pengusaha ini senang dan bersyukur karena sahabatnya ini wafat dalam keadaan qusnul qotimah, namun disisi yang lain timbul perasaan khawatir dan cemas perihal nasib perusahaan yang mereka rintis bersama. Bagaimana dia akan meneruskan roda operasional perusahaan tanpa temannya ini, karena terus terang selama ini yang paling banyak menjalankannya adalah temannya, sedangkan dia hanya mendampingi saja. Timbul rasa penyesalan dalam hatinya, kenapa disaat itu dirinya tidak mau belajar, kenapa dia bisa terlena seperti itu. Kembali dia menyalahkan keteledoran dirinya sendiri. Disaat seperti itu, kembali dia teringat kepada Alloh….ah kenapa aku lupakan lagi Dia, pantaslah jika Alloh kembali menegurku, lagi-lagi aku telah kufur nikmat…astaghfirullahhaladzimi….untuk kedua kalinya sang pengusaha ini menangis dalam sholat sunnah tobatnya, kali ini dia seolah-olah merasa bahwa Alloh tidak akan mau menerima tobatnya karena dua kali sudah dia mengkhianati kepercayaan yang telah Alloh berikan. Tapi sebenarnya Alloh tidaklah demikian, Alloh Maha Pengasih lagi Penyayang, Alloh berbeda dengan makhluk-Nya yang punya perasaan kecewa dan dendam jika dikhianati oleh yang lainnya. Alloh tidak! Maha Suci Alloh, Dia Maha Baik kepada hamba-hambanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar