Selasa, 19 Februari 2013

CEO merangkap MERBOT Mushola

Namanya Guntur. Karirnya cemerlang. Di usianya yang baru 30 tahun sudah dipercaya untuk menjabat sebagai CEO di sebuah perusahaan besar yang kelasnya sudah internasional. Tidak perlu diceritakan bagaimana kisah perjalanan karirnya ataupun tentang perusahaannya, itu tidak penting. Namun ada kisah menarik dari aktivitas yang dijalaninya sehari-hari yang penting untuk diceritakan disini, karena mungkin aktivitasnya ini akan dipandang aneh dan nyeleneh untuk ukuran jaman sekarang. Selain menjalankan tugasnya sebagai CEO di perusahaannya, dia juga menjalani profesi sebagai MERBOT (tukang bersih mushola). Hah….!!! gak salah dengar nih? merbot?? tukang pel lantai, kamar mandi, tempat wudhu, di mushola? iya…!! ciyuss..!!?? ciyusss…!!!! (kenapa jadi ngalay gini yah…hahahahah)….yuk kita ikuti kisahnya, walaupun kisah ini fiktif, tapi bisa dijadikan cerminan dan ibrah buat kita semua….bismillahirrohmanirrohim

Memang dari sejak masih SMA, si Guntur ini sudah rutin menjalankan amalan harian, diantaranya tahajud, dhuha, puasa daud, baca 4 surah (yasin, ar rohman, al waqiah, al mulk), tdk pernah ketinggalan jamaah di masjid. Inilah rupanya yang mengantarkan segala kemudahan dan kelancaran setiap ikhtiar yang dia lakukan. Ketika dewan komisaris perusahaan dan RUPS memutuskan memilihnya sebagai CEO baru menggantikan CEO lama yang dianggap gagal mendongkrak performa perusahaan, hal pertama yang dia lakukan adalah membongkar mushola perusahaan yang ada di basement dan membangunnya kembali di lokasi disamping gedung head office perusahaan, namun kali ini bukan mushola lagi yang dibangun, tapi masjid yang dibangun. Awalnya banyak pertanyaan dan kritik yang datang kepadanya, kenapa yang dilakukan pertama kali kok malah ngurusin mushola? apa hubungannya dengan kinerja perusahaan? apakah dengan membangun masjid akan memberikan kontribusi lebih kepada perusahaan? semua pertanyaan dan kritik dia terima dengan senyuman, dan semuanya dia jawab dengan satu kalimat yang singkat, padat, jelas, dan berlandaskan tauhid. Apa jawabnnya? "Untuk meningkatkan performa perusahaan ini, LIBATKAN ALLOH DI DALAMNYA". Dalam analisanya, sudah lama perusahaan ini tidak ada berkahnya sama sekali dari Alloh SWT. Tauhid menjadi barang yang asing. Alloh di nomor dua-kan dari setiap urusan. Bahkan istananya hanya dalam bentuk mushola yang diletakkan di lantai basement paling bawah dan lokasinya di pojok. Kondisi mushola jauh lebih memprihatinkan daripada toilet-toilet di gedung Head Office. Pantas saja kalau akhirnya ridho Alloh tidak pernah sampai disetiap ikhtiar yang dilakukan perusahaan ini.

Dengan berdirinya masjid di perusahaannya, perlahan-lahan jalan terang itu datang. Alloh selalu hadir dalam setiap ikhtiar dan urusan untuk memberikan ridho-Nya. Ada saja jalan yang diberikan oleh-Nya untuk memudahkan setiap urusan dan masalah yang dihadapi perusahaan yang dipimpin Guntur ini. Suasana kerja dan lingkungan kerja yang semakin nyaman menjadikan kinerja karyawan semakin meningkat. Ide-ide kreatif bermunculan dari mereka. Sholat berjamaah di masjid perusahaan sudah menjadi kebiasaan bagi seluruh karyawannya. Aktifitas pekerjaan otomatis langsung terhenti begitu terdengar adzan dari masjid. Kepercayaan karyawan terhadap pimpinan terbangun dengan sendirinya dengan seringnya si Guntur ini selalu menjadi imam sholat berjamaah. Memang janji Alloh tidak pernah meleset, siapa yang mengutamakan Alloh dari segala urusan, maka Alloh akan mempermudah segala urusannya.

Untuk mengurusi segala operasional masjid, dibentuklah pengurus masjid yang dibentuk dari karyawan perusahaan itu sendiri. Tapi khusus untuk masalah kebersihan, sudah menjadi tanggung jawab dari satu orang, Mang Asep, karyawan bagian umum. Mushola yang dulu pun dia yang mengurusi masalah kebersihannya. Mang Asep ini juga rada aneh dan nyeleneh, sebenarnya orangnya pintar dan cerdas, pendidikannya pun cukup tinggi, D3 Akuntansi. Entah bagaimana dulu ceritanya kok dia bisa menjadi karyawan di bagian umum. Beberapa kali ditawari promosi untuk menjadi staf dibagian keuangan namun dia menolaknya. Sampai akhirnya berita ini pun sampai ke telinga Guntur. Ketika melihat profil CV dan pendidikannya, menurutnya Mang Asep tidak cocok bekerja di bagian umum, teramat sayang dengan kemampuan dan pendidikannya di bidang akuntansi kalau sampai tidak diberdayakan di bagian keuangan, dan kebetulan juga memang ada posisi yang kosong di sana. Dan Guntur pun turun tangan dengan mendatangi Mang Asep di masjid. Seperti biasa ketika ditemui, si Mang Asep ini sedang menggosok lantai tempat wudhu. Begitu melihat Guntur datang, dia langsung berdiri.

A: "Mau sholat dhuha, Pak?"
G: "Alhamdulillah sudah Mang tadi pagi bersama-sama karyawan. Mang Asep masih sibuk yah?"
A: "Ah tidak kok Pak, hanya menggosok lantai ini saja, ini juga sudah mau selesai. Apa Bapak mau menyuruh saya?"
G: "Oh bukan Mang, saya cuman mau bicara sebentar sama Mang Asep"
A: "Ada apa ya Pak? saya salah apa Pak?"
G: "Tenang Mang Asep…tenang….hehehe…tidak ada yang salah dengan Mang Asep. Saya hanya ingin ngobrol-ngobrol saja kok, santai saja. Begini Mang Asep, Mang Asep ini lulusan D3 Akuntansi ya?"
A: "iya Pak"
G: "Kenapa bisa bekerja dibagian umum?"
A: "Dulunya memang saya sempat melamarnya untuk bagian keuangan, tapi waktu itu lowongan yang tersedia hanya di bagian umum saja. Karena saya memang butuh sekali pekerjaan, mau tidak mau ya saya terima. Eh…ternyata saya malah menikmati pekerjaan ini. Apalagi setelah saya diberi tanggung jawab mengurus kebersihan mushola dan sekarang malah mengurusi kebersihan masjid."
G: "Tapi kan gajinya kecil Mang? kalau Mang Asep kerja di bagian yang sesuai dengan jenjang pendidikan Mang Asep, kan gajinya lebih besar. Begini Mang Asep, saya mau Mang Asep menerima promosi jadi staf dibagian keuangan. Saya butuh tenaga Mang Asep disana"
A: "Aduh Pak, mohon maaf sekali Pak. Saya lebih baik disini saja. Kalau saya dipindah, siapa yang mengurus kebersihan masjid ini?"
G: "Kan bisa diganti dengan karyawan bagian umum yang lain"
A: "Jangan Pak, saya tidak mau kehormatan mengurus rumah Alloh ini jatuh ke tangan orang lain. Bagi saya ini adalah ladang amal buat saya dan keluarga saya Pak. Meskipun gaji saya kecil, tapi alhamdulillah Alloh selalu mencukupi kebutuhan saya dan keluarga saya. Tolong Pak, jangan pindah saya"
G: "Baiklah. Begini saja Mang Asep. Mang Asep tetap harus terima promosi menjadi staf di bagian keuangan sekaligus Mang Asep juga tetap mengurus kebersihan masjid ini. Apakah Mang Asep sanggup mengerjakan dua tugas sekaligus?"
A: "Alhamdulillah…terima kasih Pak. Insyaalloh saya sanggup mengerjakannya.."

Maka jadilah saat itu Mang Asep menjadi staf di bagian keuangan sekaligus tetap mengurusi kebersihan masjid. Dan memang benar, ternyata Mang Asep mampu membagi 2 tugas tersebut. Hanya untuk kali ini dia datangnya lebih pagi dan pulangnya lebih malam. Dan itu dia lakukan dengan senang hati dan tetap profesional. Masing-masing tugas mampu dikerjakannya dengan dengan hasil yang memuaskan. Namun suatu ketika, beban pekerjaan di bagian keuangan sedang tinggi-tingginya, jadinya urusan kebersihan di masjid menjadi agak terbengkalai. Suatu ketika, saat akan menjalankan sholat dhuha, Guntur menjumpai lantai masjid yang masih kotor dan ada bercak telapak kaki disana-sini. Sesaat dia berpikir, tumben masjid dalam keadaan kurang bersih, kemana gerangan Mang Asep. Namun dia langsung ingat bahwa di bagian keuangan sedang sibuk-sibuknya, beban pekerjaan sangat tinggi di minggu-minggu ini. Dia memaklumi jika Mang Asep agak terlambat mengurusi kebersihan masjid. Tanpa berpikir panjang, dia lipat lengan bajunya dan celananya, kemudian ambil sapu dan mulai menyapu. Dilanjutkan dengan mengepel lantainya. Kejadian ini dilihat oleh salah seorang security. Hari pun berlalu. Dan masa-masa beban pekerjaan yang tinggi di bagian keuangan telah berlalu. Situasi kembali normal. Dengan demikian Mang Asep dapat menjalankan kembali pekerjaannya membersihkan masjid dengan normal. Namun kali ini hampir pekerjaannya telah selesai. Lantai sudah bersih, kamar mandi sudah bersih, tempat wudhu sudah bersih. Dia mulai bertanya-tanya siapa yang membersihkannya? dan kapan dibersihkannya? dari security akhirnya dia tahu bahwa yang telah membantu pekerjaan dia di masjid adalah Guntur, atasannya sendiri, CEO di perusahaan tempat dia bekerja. Rupanya si Guntur ini datang lebih pagi dari biasanya, bahkan sebelum karyawan yang lain datang hanya untuk membersihkan masjid. Mang Asep menjadi sedih, dia merasa ladang amalnya "dirampas" oleh atasannya sendiri. Namun dia tidak bisa berbuat apa-apa. Tidak mungkin dia langsung memprotes ke Guntur. Apa jabatannya sehingga berani memprotes CEO. Kegalauannya ini dia tumpahkan diatas sajadah ketika dia melakukan sholat sunnah di masjid. Waktu sudah malam dan seluruh karyawan yang lembur sudah pulang, hanya security yang bertugas jaga malam yang ada di pos dan sisanya patroli di sekitar gedung. Dengan khusu' Mang Asep ini bermunajat kepada Alloh, dia tumpahkan semua keluh kesahnya. Bagaimana dia menyesal hingga pernah lalai membersihkan rumah-Nya sehingga menurut Mang Asep ini, akhirnya Alloh mencabut amanah tersebut dan diberikan kepada atasannya sendiri. Dia memohon dengan sangat agar amanah itu dikembalikan lagi padanya, bahkan dia ikhlas jika harus melepas jabatan koordinator finance (rupanya karena prestasinya, karirnya cepat sekali menanjak) dan kembali ke bagian umum asalkan amanah kebersihan masjid itu dikembalikan lagi kepadanya. Baginya, apalah artinya jabatan tinggi, gaji tinggi, jika akhirnya harus kehilangan kehormatan mengurus kebersihan rumah Alloh. Tanpa dia sadari, munajatnya ini terdengar oleh orang yang selama ini dia anggap telah "merampas" ladang amalnya. Rupanya Guntur pun baru akan pulang, dan dia menyempatkan sholat sunnah witir dulu di masjid. Guntur tertegun dalam duduknya, dia terharu, dia mengerti sekarang kenapa sebelumnya Mang Asep selalu menolak dipromosikan. Dia sendiri merasakan sensasi perasaan yang berbeda ketika selama beberapa hari mengerjakan pekerjaan "sampingan" membersihkan masjid. Ada rasa adem, tenang, dan dia merasa segala urusan dan hajatnya menjadi lebih lancar dari biasanya. Dia juga merasakan Alloh senantiasa lebih sering melindunginya dari jebakan-jebakan kompetitor bisnisnya. Persaingan bisnis diluar sana memang kejam. Orang rela melakukan segala cara yang tidak baik demi menjadi pemenang.

Guntur pun beranjak dari masjid dengan perlahan-lahan agar jangan sampai Mang Asep tahu dia ada dibelakangnya. Besok pagi dia datang seperti biasa, tidak lagi datang lebih pagi. Ketika melewati masjid, dia melihat Mang Asep sudah kembali membersihkan masjid dengan semangat dan keceriaan yang lebih dari biasanya. Guntur tersenyum melihatnya. Tiba diruangan kantornya, dia berpikir bagaimana caranya supaya dia juga bisa mendapatkan kehormatan membersihkan rumah Alloh. Apakah dia harus membangun masjid baru lagi di lingkungan perusahaannya? ah ini konyol namanya, yang ada malah mubadzir, jamaah masjid akan terpecah. Dia berdo'a, memohon kepada Alloh agar diberikan kesempatan untuk membersihkan rumah-Nya yang lain. Dan rupanya tidak perlu menunggu lama buat si Guntur ini mendapatkan jawabannya. Tidak jauh dari perusahaannya, ada sebuah mushola kecil di pinggir jalan yang biasa disebut mushola transit, untuk orang-orang diperjalanan yang ingin menunaikan sholat ketika waktunya sudah masuk untuk sholat. Dia lihat mushola ini sepertinya tidak ada yang mengurus. Ketika meluangkan waktunya untuk mampir ke mushola ini, dia bertanya kepada tukang becak yang mangkal tidak jauh dari mushola ini. Ditanyakanlah siapa yang mengurus mushola ini. Matanya berbinar begitu tahu jika ternyata mushola ini sebenarnya tidak ada pengurusnya, yang membersihkan ya orang-orang yang menyempatkan sholat di mushola ini ketika sudah masuk waktu sholat. Maka jadilah hari itu dia yang menjadi pengurus mushola ini alias jadi MERBOT di mushola ini. Datang lebih pagi, dia turun di depan mushola ini, sementara sopirnya disuruh jalan lebih dulu ke kantornya. Dia ganti pakaiannya dengan pakaian biasa dan mulai aktifitasnya membersihkan mushola. Selesai membersihkan mushola, dia ganti bajunya lagi dengan baju kerjanya dan berangkat menuju kantornya dengan jalan kaki. Tidak jauh letak mushola ini dengan kantor perusahaannya. Pulang kantor pun masih dia sempatkan ke mushola ini untuk membersihkannya kembali. Aktifitas ini rutin dia lakukan. Hingga akhirnya berita tentang profesi "sampingan" si Guntur ini sampai juga ke telinga para relasi bisnisnya, sebagian kagum dengannya, tapi lebih banyak yang mencibir dan menganggap pekerjaan yang sia-sia dan tidak pantas dilakukan untuk seorang CEO sebuah perusahaan internasional. Tapi sungguh, sebenarnya nama Guntur ini harum dan sangat terkenal di penduduk langit. Semoga tetap istiqomah dan dijauhkan dari amalan riya' dan sum'ah.

Catatan blog
seri "PROFESI-PROFESI TAUHID" 
Cak Toro
Bekasi, 17 Januari 2013 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar